Sunday, September 19, 2010

Mempersiapkan Tumbukan Bumi dengan Asteroid Apophis

Mempersiapkan Tumbukan Bumi dengan Asteroid Apophis
Senin, 03 Mei 2010 12:47:09 WIB
Reporter : -

Middletown (beritajatim.com) - Prediksi tentang kehancuran bumi memang selalu menjadi perhatian publik. Banyak kemungkinan yang terjadi dalam peristiwa ini. Salah satunya adalah tumbukan antara bumi dengan benda langit lainnya.

Salah satunya yang sekarang menjadi isu hangat adalah kemungkinan tumbukan asteroid pada tahun 2029. Asteroid ini bernama Apophis yang artinya dewa penghancur dalam mitologi Mesir. Asteroid ini berdiameter sekitar 270 meter, meskipun bentuknya tidak bulat sempurna. Asteroid sebesar 27 juta ton ini mengorbit matahari setiap 324 hari.

NASA (badan antariksa Amerika Serikat) memprediksikan tumbukan Apophis dengan bumi pada tahun 2029 kemungkinannya sangat kecil. Begitu pula dengan kemungkinan tumbukan pada tahun 2036 yang hanya satu dari 250 ribu. Memang, kemungkinan yang teramat kecil. Namun asteroid ini akan melewati bumi dengan jarak sekitar 30 ribu kilometer. Sebagai perbandingan, jarak terdekat bumi dan bulan adalah 356.400 kilometer.

Oleh karena itu, pihak badan antariksa Rusia memutuskan untuk memberikan perhatian lebih pada asteroid ini. Mereka akan berusaha untuk membelokkan lintasan Apophis agar menjauhi lintasan bumi. Tidak seperti film -film Hollywood seperti Armageddon yang menggunakan senjata nuklir untuk membelokkan asteroid. Rusia akan membuat satelit yang akan membelokkan lintasan sehingga tidak akin menabrak bumi. Ada 2 pilihan dalam metode menggunakan satelit. Pilihan yang pertama adalah dengan cara menempatkan satelit di dekat asteroid dengan tujuan untuk mengorbit asteroid.

Dalam fisika dasar, kita mengenal gaya tarik gravitasi antara 2 buah benda yang mempunyai massa tertentu dan terpisahkan oleh jarak tertentu. Gaya tarik gravitasi antara satelit dan asteroid tersebut akan menganggu kestabilan lintasan asteroid. 
Sehingga akan membelokkannya menjauhi bumi. Pilihan yang kedua adalah dengan menggunakan satelit tersebut sebagai semacam peluru yang ditembakkan ke asteroid. Tumbukan antara asteroid dan satelit ini diharapkan akan memberikan perubahan momentum asteroid sehingga lintasannya akan berubah menjauhi bumi.

Dalam menggunakan metode tumbukan atau ledakan, dimungkinkan banyak timbulnya serpihan-serpihan asteroid. Serpihan-serpihan ini meskipun kecil ukurannya, namun malah akan meningkatkan kemungkinan tumbukan asteroid dengan bumi. Semakin banyaknya jumlah partikel serpihan asteroid semakin diperlukannya perhitungan yang cukup rumit untuk mengetahui lintasan partikel. Namun bila menggunakan satelit untuk mengorbit asteroid, timbulnya serpihan tersebut dapat dihindari.

Alternatif lainnya yaitu dengan menggunakan "layar matahari". Layar matahari ini membelokkan Apophis menggunakan angin matahari yang terdiri atas partikel-partikel yang dilepaskan oleh matahari. Angin matahari ini sebagian besar terdiri atas proton dan elektron. Hembusan angin bermuatan listrik ini akan menekan permukaan layar matahari.

Tekanan radiasi ini yang digunakan layar matahari untuk membelokkan lintasan Apophis. Hal ini bisa dianalogikan dengan memasang layar pada sebuah kapal dan memanfaatkan hembusan angin untuk mengubah arah kapal. Dengan penempatan layar matahari sedmikian rupa, diperkirakan asteroid akan berubah lintasannya menjauhi bumi.

Berbagai cara lain sudah dipikirkan untuk membelokkan lintasan Apophis, misalnya memanfaatkan energi dari sinar laser atau energi dari sinar matahari yang dikumpulkan oleh suatu cermin di permukaan asteroid. Perlunya perhitungan yang matang dalam memilih metode pengubahan lintasan asteroid dipengaruhi oleh cocok atau tidaknya suatu metode terhadap karakteristik asteroid. Selain itu, harus juga memperhitungkan tingkat keefektifan suatu metode dalam rentang waktu sebelum tumbukan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti sifat bahan penyusun Apophis. 

Indonesia sudah sangat disibukkan dengan persiapan menghadapi bencana alam seperti gempa bumi dan banjir. Namun, belum terlambat jika pemerintah melalui instansi terkait melakukan penelitian untuk mengatasi dampak bencana dari angkasa luar. Terlebih lagi dengan peristiwa baru-baru ini, jatuhnya meteorite di daerah Duren Sawit, Jakarta, setelah setahun sebelumnya sempat meledak di udara di daerah Bone, Sumatera Selatan. (Yudhiakto Pramudya, anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta dan Surabaya Astronomi Club)

No comments: